Cerita seks dibawah ini merupakan kisah pertamaku, dan tokoh yang di dalamnya sudah saya samarkan namanya yaitu dengan pacar saya sendiri namanya Dian sedangkan saya namanya Arka, saya dan Dian berpacaran mulai kelas 3 SMA awal mula bisa dekat yaitu sering saya menghantarkan Dian untuk pulang kerumah soalnya jalur kami satu arah, dari situ kami mulai dekat dan berpacaran sampai sekarang.
Dian sendiri adalah seorang gadis yang bertubuh kecil, tak terlalu tinggi, mungkin tak lebih dari 155 cm dan tubuhnya bisa dibilang kurus, namun ia memiliki ukuran toket yang besar. Sampai-sampai teman-temanku sering berkata kalau nafsu sexnya pun pasti besar.
Tetapi yang membuat aku mencintainya bukanlah, sikap manja dan tawanya yang lepas membuat aku senang dan nyaman saat bersamanya.
Hubungan pacaran kami seperti gaya pacaran remaja pada umumnya, pergi ke mall, nonton bioskop atau makan di restoran cepat saji, dan sebagainya.
Tetapi memang setelah pulang sekolah biasanya aku mampir ke rumahnya untuk sekedar ngobrol atau mengerjakan tugas bersama. Di rumahnya biasanya ada ibunya dan juga adik laki-lakinya yang masih SMP.
Satu hari sebelum liburan perpisahan sekolah kami, seperti biasa aku mengantarnya pulang dan mampir ke rumahnya. Ternyata hari itu ibunya sedang pergi ke luar Kota bersama adiknya untuk menjenguk kakaknya yang kuliah dan sedang sakit di sana. Sedangkan ayahnya memang biasa pulang malam. Jadilah di rumah itu hanya ada kami berdua.
“Mau nonton VCD ga? Aku punya VCD baru ni,” katanya seperti biasa dengan ceria.
“Boleh,” sahutku.
“Bentar ya, aku ganti baju dulu, bau nih,” katanya sambil berjalan menuju kamarnya.
Aku pun memasukkan keping VCD ke dalam VCD playernya sambil menunggu ia ganti baju.
Tak lama ia pun kembali ke ruang tengah dengan celana pendek sekitar 20 cm di atas lutut dan kaos ketat. Kami pun menonton film dengan duduk bersebelahan di sofa. Film yang kami tonton waktu itu adalah film dengan genre drama dengan cerita yang romantion dan ada sedikit adegan actionnya.
Kugenggam tangannya dan menariknya menempelkan bahunya dengan bahuku, ia pun merapat dan lenganku pun kini berada di atas toketnya yang kenyal. ia sudah terbiasa dengan hal ini, toh biasanya pun seperti itu tiap kali nonton di bioskop atau di perjalanan.
Semakin lama posisi duduknya makin bergeser dan kini ia tiduran dengan kepalanya berada di atas pahaku.
“Cantiknya gadisku ini,” pikirku dalam hati. Tanganku pun kuletakkan di atas perutnya. Ketika ada adegan panas di film, kurasakan nafasnya berubah. Terus terang aku pun merasa terangsang melihat adegan yang ada di film itu. Pelan-pelan kugeser telapak tanganku ke atas toketnya, tetapi ia menolaknya.
Karena terbawa suasana, kucium keningnya dan ia tersenyum kepadaku. Kulanjutkan dengan mengecup pipi dan kemudian bibirnya. ia pun membalas ciumanku di bibirnya yang mungil itu. Itu adalah ciuman pertama kami.
Ciuman yang awalnya hanya menempel kurang dari sedetik, kini sudah menjadi ciuman penuh nafsu. Lidah kami saling bermain dan tangan aku pun tanpa sadar sudah meremas-remas toketnya yang kenyal itu.
Tiba-tiba ia bangun dan duduk di sebelah saya,
“udah ya, nanti keterusan lagi”.
“Maaf ya, abisnya kamu gemesin sih. Tau ngga, itu tadi ciuman pertamaku lho,” ujarku polos.
“sama,” jawabnya lagi sambil menampilkan senyumnya yang bikin aku makin cinta itu. Kami pun meneruskan menonton film sampai selesai.
Setelah film selesai, ia bangun dari duduknya,
“Mau ke mana?” tanyaku.
“Mau beresin baju dulu buat besok,” jawabnya.
Memang besok kami akan pergi ke luar kota bersama seluruh teman satu sekolah.
“Mau dibantuin?” tanyaku lagi.
“Ayo,” jawabnya sambil berjalan ke kamarnya.
Saya pun mengikutinya ke kamarnya dan inilah pertama kalinya aku masuk ke kamarnya. Kamarnya betul-betul menunjukkan kalau ia masih manja, dengan cat pink dan tumpukan boneka di atas ranjangnya.
Dia mulai mengeluarkan baju-bajunya.
“Yang ini jangan dibawa, terlalu seksi,” kata aku ketika ia mengeluarkan bajunya yang memang tipis dan berbelahan dada besar.
“Jangan protes doang, nih beresin sekalian,” jawabnya seolah protes dengan memasang wajah ngambek, tetapi lagi-lagi tetap terlihat manja.
Saya pun mengambil alih lemarinya dan aku pilih-pilih baju yang aku pikir cocok untuk dibawanya. Tiba-tiba muncul ide iseng untuk memilihkan juga pakaian dalamnya. Kuambil satu yang berwarna krim,
“ih jangan pegang-pegang yang itu” jerit manjanya sambil berusaha merebut dari tanganku.
Saya pun berlari menghindar, “Wah ini toh bungkusnya, gede juga,” candaku.
Dia pun menarik tanganku dan memelukku untuk merebut bra dari tanganku yang lain. Segera saja kucium lagi bibirnya dan ia pun membalas ciumanku.
“emmmh…emhhh,” suaranya mendesah sambil tangannya memegang tanganku.
Kudorong tubuhnya ke ranjang sambil kami terus berciuman. Kini posisiku ada di atasnya dan menempel di tubuhnya. Terasa betul toket kenyalnya menempel di tubuhku. Kugeser tubuhku ke sampingnya agar dapat meremas toketnya.
“emmmh…emhhhhh…emhhhh,” desahnya makin jelas
Dan kini tangannya sudah menyentuh kontolku dari luar celana. “Sudah nafsu banget,” pikirku.
Perlahan-lahan kumasukkan tanganku ke dalam kaosnya dan meremas toketnya langsung. Kuangkat kaosnya keatas sehingga terlihat toketnya yang besar terbungkus bra krim. Segera kuciumi kedua toketnya itu dan tak lama ia pun melepas sendiri bra tersebut. Benar-benar toket yang besar dan indah, warnanya kecoklatan dengan puting yang lebih gelap. Kumainkan kedua putingnya, kujilati bergantian.
“emmmh….emhhhh…kamu juga buka dong,” pintanya sambil menahan desah.
Segera saja aku membuka baju seragam dan celana sekolah hingga tinggal celana dalam. Kulanjutkan dengan membuka celana pendeknya.
“celana dalamnya jangan,” tolaknya ketika aku akan menarik lepas celana dalam coklatnya.
Kulanjutkan jilatan-jilatanku di puting toketnya, tangan kiriku memainkan puting yang satu lagi, sedangkan tangan kananku menggesek-gesek memeknya dari luar celana dalam.
“Enak?” tanyaku.
Dia hanya mengangguk sambil meremas-remas kontolku dari luar celana dalam. Tiba-tiba ia menarik keluar kontolku.
“dibuka aja ya?” tanyaku sambil kubuka celana dalamku.
Tangannya semakin kuat meremas-remas kontolku, sementara tangan kananku mulai memasuki memeknya dari samping celana dalamnya. Kugesekkan jari telunjukku ke bibir memeknya yang sudah sangat basah itu. Pelan-pelan kumasukkan jariku ke dalam memeknya, kulihat kepalanya mendongak ke atas sambil terus mendesah.
“Boleh dimasukin ga?” tanyaku sambil menatap wajahnya yang sekarang terlihat begitu menggairahkan.
“Pelan-pelan ya,” jawabnya dengan nafas terengah-engah.
Mendapat persetujuan, aku pun berjongkok di samping ranjangnya dan di antara kedua kakinya. Kutarik lepas celana dalamnya sehingga kini untuk pertama kalinya aku melihat langsung memek seorang gadis.
Memeknya berwarna coklat dan kedua bibir memeknya begitu rapat seolah tak ada lubang di sana. Bulu-bulu kemaluannya yang tipis sudah terkena lendir-lendir yang keluar dari memeknya ketika kumasukkan jari telunjukku tadi. Kucium memek tersebut,
“iiiihh, apaan sih. Jangan dicium, jijik ah, “ tolaknya sambil kedua telapak tangannya menutup memeknya.
“Abis imut sih,” kataku sambil tersenyum.
Kulepaskan kedua tangan yang menutupinya dan langsung kugesek-gesekkan kontolku ke memeknya. Sesekali kujilat-jilat kedua putingnya.
“ehmmm…ehhhhm….” lenguhnya makin tak jelas.
“Arka, masukin Arka, masukin….emmmhhhh,” pintanya dengan penuh nafsu.
Segera kudorong kontolku memasuki lubang memeknya, begitu sempit namun karena sudah dipenuhi cairan-cairan, akibat rangsangan tadi, perlahan-lahan kontolku kun menembus memeknya.
“Oooooooh…ohhhhhhh,” kali ini aku pun ikut mendesah keenakan.
Setelah kontolku masuk seluruhnya, kurasakan denyutan-denyutan memeknya menjepit kepala kontolku, begitu nikmat. Kutatap wajahnya, mata kami pun berpandangan seolah membuat kesepakatan untuk mulai memompa.
Kutarik pelan-pelan kontolku lalu kumasukkan kembali pelan-pelan.
“enak banget Arka. Aduh enak banget….emmmmhh,” teriaknya makin meracau.
Semakin lama kocokan kontolku semakin kencang. Kedua tanganku pun terus memainkan kedua puting toketnya, sambil sesekali meremasnya dan menjilatnya.
Dia pun menarik tubuhku memeluknya. Kini tubuh kami serasa menempel, toketnya menempel di dadaku yang telah berkeringat. Bibir kami berpagutan dan lidah kami saling membelit. Nikmat sekali. Hanya kontolku yang masih bisa bergerak keluar masuk memeknya.
“Arka…..ohhhhh…ohhhh….Leeex ,” tiba-tiba tubuhnya menegang kemudia lemas sebentar.
“Kamu keluar ya?” tanyaku sambil menghentikan kocokan kontolku namun masih terbenam di memeknya.
”Iya, enak banget, enak banget. Kamu belum ya?” jawabnya sambil kepalanya menggeleng-geleng pelan seolah baru merasakan sangat enak.
Tak kujawab pertanyaannya tetapi kembali kukocok kontolku.
“Jangan cepet-cepet, masih geli,” katanya.
Karena memang sebetulnya aku pun hampir ejakulasi, tak lama kemudian aku pun mengeluarkan cairan kental dari kontolku.
“Ohhhhhh…ohhhhh…Rin….Riiinn ,” racauku sambil menyemprotkan maniku ke dalam memeknya.
Kucabut kontolku dan tidur di sebelahnya. “Enak banget, makasih ya Rin,” ucapku. ia hanya tersenyum dan memeluk aku dengan kepalanya bersandar di dada saya. Setelah itu kami pun mandi bersama.
Besoknya di acara liburan perpisahan sekolah, kami menjadi semakin rapat seperti sepasang pengantin baru. Kami pun beberapa kali mengulangi aktivitas sex di rumahnya. Hingga akhirnya kami berpisah jarak karena harus kuliah di kota yang berbeda dan berujung dengan putus karena sulit mempertahankan pacaran jarak jauh.